Hamparan pohon lontar (Borassus flabellifer) yang ter- dapat di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan beberapa daerah lainnya di Tanah Air, ternyata nilai ekonominya cukup tinggi. Tidak hanya daunnya yang bisa dimanfaatkan untuk atap rumbia atau batangnya untuk bahan bangunan, nira yang dihasilkan lontar, juga sangat besar manfaatnya.
Itulah yang ingin ditunjukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan bekerja sama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rote Ndao, dan Badan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Belu. Upaya kerja sama yang dilakukan adalah pengembangan usaha di bidang produksi bioetanol untuk alkohol medik yang diperoleh dari nira lontar. Kegiatan pengembangan unit usaha produksi bioetanol untuk alkohol medik dari nira lontar bertujuan untuk memproduksi bahan bio medika untuk penyediaan kebutuhan rumah sakit, klinik pengobatan, puskesmas, apotek, laboratorium penelitian, penyedia bahan kimia, dan bioenergi bahan bakar.
Dipilihnya Provinsi NTT sebagai lokasi kerja sama proyek bioetanol dari lontar, karena daerah timur Indonesia itu, selama ini dikenal sebagai daerah yang kaya akan tanaman lontar. Secara tradisional, tanaman ini oleh penduduk setempat dipergunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman beralkohol. Pengetahuan tradisional tersebut merupakan dasar untuk melangkah menuju proses pembuatan bioetanol. "Kami memang memiliki proyek pengembangan bioetanol dari bahan bakar lontar di NTT," ujar Murti Martoyo, Kepala Hubungan Masyarakat LIPI kepada SP, Jumat (31/10).
Search Enguine
Senin, 08 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar